TEORI ADLER
1.0
Biografi
Alfred Adler
Alfred Adler dilahirkan
di Wina pada tanggal 9 Pebruari 1870. Adler menghabiskan pembelajaranya dalam
jurusan kedoktoran di Universiti Wina pada tahun 1895. Pada mulanya Adler
mengambil jurusan dalam Opthamologi dan kemudian bertukar kepada jurusan
psikiatri. Pada mulanya Adler bekerja sama dengan Freud dan menjadi anggota
serta akhirnya menjadi presiden “Masyarakat Psikoanalisis Wina”. Namun dia
segera mngembangkan pendapat sendiri yang menyimpang dari pendapat Freud, yang
akhirnya menyebabkan dia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden
serta dari keanggotaannya dalam “Masyarakat Psikoanalisis Wina” tersebut pada
tahun 1911 dan mendirikan aliran baru yang diberi nama “Individual
Psychologie”.
Sejak
tahun 1935 Adler menetap di Amerika Serikat. Di sana dia melanjutkan
pembelajarannya sebagai ahli penyakit syaraf dan juga menjadi guru besar dalam
psikologi medis di Long Island College of Medicine. Dia meninggal di Scotlandia
pada tahun 1937, ketika sedang dalam perjalanan untuk memberikan
ceramah-ceramah.
2.0
Pengenalan
Teori yang kami kaji
ialah teori Adlerian ataupun dikenali sebagai psikologi individu Alfred Adler
yang merupakan salah satu daripada aliran teori kognitif yangmembawa maksud
berfikir. Teori Adlerian mempunyai fokus terhadap keunikan yangdimiliki oleh
setiap manusia dan Adler menolak mengenai desakan seksual yangmenentukan
personaliti seseorang individu. Setiap individu mengalami fenomenapsikologi
yang berbeza tetapi bersifat konsisten untuk mencapai kehendak superioritiiaitu
matlamat individu seseorang dan perasaan inferioriti pula iaitu perasaan
rendahdiri akan menyebabkan kegagalan seseorang itu berdepan dengan segala
cabaranhidup. Kematangan seseorang dapat dilihat melalui pandangan individu itu
terhadap kehidupan sosialnya.
Menurut
Adler jika seseorang berusaha membantu orang lain maka dia sebenarnya sedang
membantu dirinya dalam mencapai matlamat.. Usaha yang dibuat untuk menyumbang
kepada kebajikan masyarakat akan membantu individu tersebut untuk menyesuaikan
diridengan baik di samping dapat mengurangkan perasaan sunyi dan tertekan.
Selain itu Adler sangat percaya bahawa layanan ibu bapa berbeza terhadap
turutan kelahiran setiap anak tersebut dan daripada layanan semasa peringkat
awalinilah yang akan memberi kesan timbulnya reaksi inferioriti dalam diri
anak#anakseterusnya mempengaruhi pembentukan personaliti unik dan gaya hidup
merekaapabila dewasa kelak. Malah desakan hidup seseorang itu sebenarnya
menjadi titiktolak terhadap perkembangan personaliti individu itu sendiri.
Tambahan lag Adler percaya bahawa kita seringkali menjadi mangsa kepada salah
penerimaan tentang kehidupan kita yang berasaskan kepada kepalsuan atau ketidak
tepatan pemahaman tentang masa lampau dan akhirnya mempengaruhi pilihan yang
kita buat dalam hidup kita. Namun begitu Adler menyatakan bahawa melalui proses
yang terapeutik individu dapat memahami gaya hidupnya dan salah penerimaan
seterusnya membuat perubahan yang teliti dan berkesan.
3.0
Pandangan
Terhadap Manusia
Ada tujuh prinsip yang terkandung dari
teori Psikologi Individual Adler, iaitu :
I.
Prinsip
Rasa Rendah Diri (Inferiority Principle)
Adler meyakini bahwa manusia dilahirkan
disertai dengan perasaan rendah diri. Seketika individu menyadari
eksistensinya, ia merasa rendah diri akan perananya dalam lingkungan. Individu
melihat bahwa banyak mahluk lain yang memiliki kemampuan meraih sesuatu yang
tidak dapat dilakukannya. Perasaan rendah diri ini mencul ketika individu ingin
menyaingi kekuatan dan kemampuan orang lain. Misalnya, anak merasa diri kurang
jika dibandingkan dengan orang dewasa. Karena itu ia terdorong untuk mencapai
taraf perkembangan yang lebih tinggi. Jika telah mencapai taraf perkembangan
tertentu, maka timbul lagi rasa kurang untuk mencapai taraf berikutnya.
Demikian seterusnya, sehingga individu dengan rasa rendah dirinya ini tampak
dinamis mencapai kesempurnaan dirinya. Teori Adler mengenai perasaan rendah
diri ini berawal dari pengamatannya atas penderitaan pasien-pasiennya yang
seringkali mengeluh sakit pada daerah tertentu pada tubuhnya, mengenai
psikosomatis, Adler mengatakan bahwa rasa sakit yang diderita individu
sebenarnya adalah usaha untuk memecahkan masalah-masalah nonfisik. Keadaan tersebut,
menurut Adler disebabkan adanya kekurang sempurnaan pada daerah-daerah tubuh
tersebut, yang dikatakannya sebagai organ penyebab rendah diri (organ
inferiority). Jadi manusia lahir memang tidak sempurna, atau secara potensial
memiliki kelemahan dalam organ tubuhnya. Adanya stress menyebabkan organ lemah
ini terganggu. Karenanya, setiap orang selalu berusaha mengkompensasikan
kelemahannya dengan segala daya. Dalam hal ini usaha kompensasi ini ditentukan
oleh gaya hidup dan usaha mencapai kesempurnaan (superior). Berkenaan dengan
perasaan rendah diri dalam kondisi organik, Adler menciptakan istilah masculine
protest, yakni istilah yang dimaksud untuk menerangkan perasaan rendah diri
atau inferior ini dihubungkan dengan kelemahan (weakness) dan kewanita-wanitaan
(femininity). Istilah ini merupakan suatu dinamika kepribadian manusia yang
utama, karena hal ini merupakan usaha individu dalam mencapai kondisi yang kuat
dalam mengkompensasikan perasaan rendah dirinya.
II.
Prinsip
Superior (Superiority Principle)
Memandang prinsip
superior terpisah dari prinsip inferior sesungguhnya keliru. Justru kedua
prinsip ini terjalin erat dan bersifat komplementer. Namun karena sebagai
prinsip, kedua istilah ini berbeda, maka pembahasannya pun dibedakan, kendati
dalam operasionalnya tak dapat dipisahkan. Sebagai reaksi atas penekanan aspek
seksualitas sebagai motivator utama perilaku menurut Freud, Adler beranggapan
bahwa manusia adalah mahluk agresif dan harus selalu agresif bila ingin
survive. Namun kemudian dorongan agresif ini berkembang menjadi dorongan untuk
mencari kekuatan baik secara fisik maupun simbolik agar dapat survive. Demikian
banyak pasien Adler yang dipandang kurang memiliki kualitas agresif dan
dinyatakan sebagai manusia tak berdaya. Karenanya, yang diinginkan manusia
adalah kekuatan (power). Dari sini konsepnya berkembang lagi, bahwa manusia
mengharapkan untuk bisa mencapai kesempurnaan (superior). Dorongan superior ini
sangat bersifat universal dan tak mengenal batas waktu. Bagi Adler tak ada
pemisahan antara drive dan need seperti yang diungkapkan oleh Murray. Bagi
Adler hanya ada satu dorongan, yakni dorongan untuk superior sebagai usaha
untuk meninggalkan perasaan rendah diri. Namun perlu dicatat bahwa superior
disini bukanlah kekuatan melebihi orang lain, melainkan usaha untuk mencapai
keadaan superior dalam diri dan tidak selalu harus berkompetisi dengan orang
lain. Superioritas yang dimaksud adalah superior atas diri sendiri. Jadi daya
penggerak yang utama dalam hidup manusia adalah dinamika yang mengungkapkan
sebab individu berperilaku, yakni dorongan untuk mencapai superior atau
kesempurnaan.
III.
Prinsip
Gaya Hidup (Style of Life Principle)
Usaha individu untuk mencapai
superioritas atau kesempurnaan yang diharapkan, memerlukan cara tertentu. Adler
menyebutkan hal ini sebagai gaya hidup (Style of Life). Gaya hidup yang diikuti
individu adalah kombinasi dari dua hal, yakni dorongan dari dalam diri (the
inner self driven) yang mengatur aarah perilaku, dan dorongan dari lingkungan
yang mungkin dapat menambah, atau menghambat arah dorongan dari dalam tadi.
Dari dua dorongan itu, yang terpenting adalah dorongan dalam diri (inner self)
itu. Bahwa karena peranan dalam diri ini, suatu peristiwa yang sama dapat
ditafsirkan berbeda oleh dua orang manusia yang mengalaminya. Dengan adanya
dorongan dalam diri ini, manusia dapat menafsirkan kekuatan-kekuatan di luar
dirinya, bahkan memiliki kapasitas untuk menghindari atau menyerangnya. Bagi
Adler, manusia mempunyai kekuatan yang cukup, sekalipun tidak sepenuhnya bebas,
untuk mengatur kehidupannya sendiri secara wajar. Jadi dalam hal ini Adler
tidak menerima pandangan yang menyatakan bahwa manusia adalah produk dari
lingkungan sepenuhnya. Menurut Adler, justru jauh lebih banyak hal-hal yang
muncul dan berkembang dalam diri manusia yang mempengaruhi gaya hidupnya. Gaya
hidup manusia tidak ada yang identik sama, sekalipun pada orang kembar.
Sekurang-kurangnya ada dua kekuatan yang dituntut untuk menunjukkan gaya hidup
seseorang yang unik, yakni kekuatan dari dalam diri yang dibawa sejak lahir dan
kekuatan yang datang dari lingkungan yang dimasuki individu tersebut. dengan
adanya perbedaan lingkungan dan pembawaan, maka tidak ada manusia yang
berperilaku dalam cara yang sama. Gaya hidup seseorang sering menentukan
kualitas tafsiran yang bersifat tunggal atas semua pengalaman yang dijumpai
manusia. Misalnya, individu yang gaya hidupnya berkisar pada perasaan diabaikan
(feeling of neglect) dan perasaan tak disenangi (being unloved) menafsirkan
semua pengalamannya dari cara pandang tersebut. misalnya ia merasa bahwa semua
orang yang ingin mengadakan kontak komunikasi dipandangnya sebagai usaha untuk
menggantikan perasaan tak disayangi tersebut.Gaya hidup seseorang telah
terbentuk pada usia tiga sampai lima tahun. Gaya hidup yang sudah terbentuk tak
dapat diubah lagi, meskipun cara pengekspresiannya dapat berubah. Jadi gaya
hidup itu tetap atau konstan dalam diri manusia.
Apa yang berubah
hanya cara untuk mencapai tujuan dan kriteria tafsiran yang digunakan untuk
memuaskan gaya hidup. Misalnya, bagi anak yang merasa memiliki gaya hidup tidak
disayangi, adalah lebih baik praktis untuk membentuk tujuan semu bahwa kasih
sayang baginya tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha meyakinkan bahwa
tidak dicintai pada masa lalu tidak penting baginya, dan bahwa meyakinkan
kemungkinan untuk dicintai pada masa yang akan datang diharapkan dapat
memperbaiki peristiwa masa lampau. Perubahan gaya hidup meskipun mungkin dapat
dilakukan, akan tetapi kemungkinannya sangat sukar, karena beberapa
pertimbangan emosi, energi, dan pertumbuhan gaya hidup itu sendiri yang mungkin
keliru. Karenannya jauh lebih mudah melanjutkan gaya hidup yang telah ada dari
pada mengubahnya. Mengenai bagaimana gaya hidup itu berkembang, dan kekuatan
yang mempengaruhinya, menurut Adler dapat dipelajari dengan meyakini bahwa
perasaan rendah diri itu bersifat universal pada semua manusia, dan berikutnya
karena adanya usaha untuk mencapai superioritas. Akan tetapi ada karakteristik
umum yang berasal dari sumber lain di luar dirinya yang turut menentukan
keunikan kepribadian individu, yakni kehadiran kondisi sosial, psikologis, dan
fisik yang unik pada setiap manusia. Dikatakan, bahwa setiap manusia mencoba
menangani pengaruh-pengaruh itu.
Faktor yang
khusus yang dapat menyebabkan gaya hidup yang salah adalah pengalaman masa
kecil, banyaknya saudara, dan urutan dalam keluarga. Adler juga menemukan tiga
faktor lainnya yang dapat menyebabkan gaya hidup keliru dalam masyarakat dan
menyebabkan kehidupan manusia tidak bahagia. Ketiga Pkanak-kanak yang dimanja
atau dikerasi, dan masa kanak-kanak yang diacuhkan oleh orang tuanya. Pada anak
cacat tubuh, perasaan rendah diri akan lebih besar dari pada anak yang sehat
fisiknya.
Biasanya reaksi
yang muncul ada yang menyerah pada keadaan dikalahkan oleh lingkungan, akan
tetapi ada juga yang berusaha mengkonpensasikannya pada bidang yang jauh dari
bakat normal pada orang biasa, misalnya berhasil dalam kegiatan olahraga,
kesenian, atau industri. Pada anak cacat mental, menyebabkan masalah yang lebih
parah lagi, hal ini disebabkan oleh:
(a) kompensasinya
jauh lebih sukar
(b) keragaman
kesempatan yang dapat digunakan untuk kompensasi lebih sedikit
(c)
tuntutan masyarakat modern lebih menekankan kemampuan intektual ketimbang kerja
otot
(d)
masyarakat sendiri kadang kurang mau memahami usaha kompensasi orang-orang yang
terbelakang mental. Jadi secara umum kondisi sosial dapat membentuk gaya hidup
yang keliru sekalipun kondisi fisik dan psikologisnya masih normal.
IV.
Prinsip
Diri Kreatif (Creative Self Principle)
Diri
yang kreatif adalah faktor yang sangat penting dalam kepribadian individu,
sebab hal ini dipandang sebagai penggerak utama, sebab pertama bagi semua
tingkah laku. Dengan prinsip ini Adler ingin menjelaskan bahwa manusia adalah
seniman bagi dirinya. Ia lebih dari sekedar produk lingkungan atau mahluk yang
memiliki pembawaan khusus. Ia adalah yang menafsirkan kehidupannya. Individu menciptakan
struktur pembawaan, menafsirkan kesan yang diterima dari lingkungan
kehidupannya, mencari pengalaman yang baru untuk memenuhi keinginan untuk
superior, dan meramu semua itu sehingga tercipta diri yang berbeda dari orang
lain, yang mempunyai gaya hidup sendiri. namun diri kreatif ini adalah tahapan
di luar gaya hidup. Gaya hidup adalah bersifat mekanis dan kreatif, sedangkan
diri kreatif lebih dari itu. Ia asli, membuat sesuatu yang baru yang berbeda
dari sebelumnya, yakni kepribadian yang baru. Individu mencipta dirinya.
V.
Prinsip
Diri yang Sadar (Conscious Self Principle)
Kesadaran
menurut Adler, adalah inti kepribadian individu. Meskipun tidak secara
eksplisit Adler mengatakan bahwa ia yakin akan kesadaran, namun secara
eksplisit terkandung dalam setiap karyanya. Adler merasa bahwa manusia
menyadari segala hal yang dilakukannya setiap hari, dan ia dapat menilainya
sendiri. Meskipun kadang-kadang individu tak dapat hadir pada peristiwa
tertentu yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu, tidak berarti Adler
mengabaikan kekuatan-kekuatan yang tersembunyi yang ditekannya. Manusia dengan
tipe otak yang dimilikinya dapat menampilkan banyak proses mental dalam satu
waktu. Hal-hal yang tidak tertangkap oleh kesadarannya pada suatu saat tertentu
tak akan diperhatikan dan diingat oleh individu. Ingatan adalah fungsi jiwa,
yang seperti proses lainnya, tidak bekerja secara efisien. Keadaan tidak
efisien ini adalah akibat kondisi yang tidak sempurna pada organ tubuh,
khususnya otak. Adler tidak menerima konsep ambang sadar dan alam tak sadar
(preconsious dan uncounsious) Freud. Hal ini dianggap sebagai mistik. Ia merasa
bahwa manusia sangat sadar benar dengan apa yang dilakukannya, apa yang
dicapainya, dan ia dapat merencanakan dan mengarahkan perilaku ke arah tujuan
yang dipilihnya secara sadar
VI.
Prinsip
Tujuan Semu (Fictional Goals Principle)
Meskipun
Adler mangakui bahwa masa lalu adalah penting, namun ia mengganggap bahwa yang
terpenting adalah masa depan. Yang terpenting bukan apa yang telah individu
lakukan, melainkan apa yang akan individu lakukan dengan diri kreatifnya itu
pada saat tertentu. Dikatakannya, tujuan akhir manusia akan dapat menerangkan
perilaku manusia itu sendiri. Misalkan, seorang mahasiswa yang akan masuk
perguruan tinggi bukanlah didukung oleh prestasinya ketika di Sekolah Dasar
atau Sekolah Menengah, melainkan tujuannya mencapai gelar tersebut. usaha
mengikuti setiap tingkat pendidikan adalah bentuk tujuan semunya, sebab kedua
hal tidak menunjukkan sesuatu yang nyata, melainkan hanya perangkat semu yang
menyajikan tujuan yang lebih besar dari tujuan-tujuan yang lebih jauh pada masa
datang. Dengan kata lain, tujuan yang dirumuskan individu adalah semua karena
dibuat amat ideal untuk diperjuangkan sehingga mungkin saja tidak dapat
direalisasikan. Tujuan fiksional atau semu ini tak dapat dipisahkan dari gaya
hidup dan diri kreatif. Manusia bergerak ke arah superioritas melalui gaya
hidup dan diri kreatifnya yang berawal dari perasaan rendah diri dan selalu
ditarik oleh tujuan semu tadi. Tujuan semu yang dimaksud oleh Adler ialah
pelaksanaan kekuatan-kekuatan tingkah laku manusia. Melalui diri keratifnya
manusia dapat membuat tujuan semu dari kemampuan yang nyata ada dan pengalaman
pribadinya. Kepribadian manusia sepenuhnya sadar akan tujuan semu dan
selanjutnya menafsirkan apa yang terjadi sehari-hari dalam hidupnya dalam
kaitannya dengan tujuan semu tersebut.
VII.
Prinsip
Minat Sosial (Social Interest Principle)
Setelah
melampaui proses evolusi tentang dorongan utama perilaku individu, Adler
menyatakan pula bahwa manusia memiliki minat sosial. Bahwa manusia dilahirkan
dikaruniai minat sosial yang bersifat universal. Kebutuhan ini terwujud
dalamkomunikasi dengan orang lain, yang pada masa bayi mulai berkembang melalui
komunikasi anak dengan orang tua.Proses sosialisasi membutuhkan waktu banyak
dan usaha yang berkelanjutan. Dimulai pada lingkungan keluarga, kemudian pada
usia 4-5 tahun dilanjutkan pada lingkungan pendidikan dasar dimana anak mulai
mengidentifikasi kelompok sosialnya. Individu diarahkan untuk memelihara dan
memperkuat perasaan minat sosialnya ini dan meningkatkan kepedulian pada orang
lain. Melalui empati, individu dapat belajar apa yang dirasakan orang lain
sebagai kelemahannya dan mencoba memberi bantuan kepadanya. Individu juga
belajar untuk melatih munculnya perasaan superior sehingga jika saatnya tiba,
ia dapat mengendalikannya. Prosesproses ini akan dapat memperkaya perasaan
superior dan memperkuat minat sosial yang mulai dikembangkannya.
4.0 Konstelasi Keluarga
Taraf dan peranan
seseorang anak dalam sesebuah keluarga akan mempengaruhi perkembangan
personaliti seseorang itu semasa dewasa. Konstelasi keluarga adalah sama namun
penerimaan psikologi setiap anak2 akan bergantung kepada susunan kelahiran dan
layanan yang diterima oleh mereka. Klien akan membentuk personaliti tertentu
dalam diri klien dan mempengaruhi kepercayaan klien dalam kehidupan.
I.
Anak sulung
Bersifat
mengarah kepada adik2 dan menjadi model keluarga. Orang yg sentiasa berada di
atas. Bekerja keras untuk mencapai sesuatu dalam kehidupannya. dimanjakan.
Disebabkan satu-satunya anak ketika itu.
II.
Anak kedua
Perlu
bersaing dgn kakak dan abang nya. Sering bertentangan pendapat dengan anak
sulung. Berkongsi perhatian dengan kakak dan abangnya
III.
Anak tengah
Berasa
tersempit dan tidak mendapat layanan yang sepatutnya. Mempunyai pemikiran
negatif, mudah terasa hati. Lebih sensitif dan mudah berempati dengan org lain
dan merasakan diri perlu bersaing untuk mendapatkan perhatian
IV.
Anak bongsu
Dimanjakan
oleh ibubapa. Tidak pandai berdikari dan menyelesaikan masalah. Berpeluang
meneroka perkara baru. Berpeluang meneroka perkara baru. Merupakan ‘bayi’ kpd
ibu bapa walaupun dewasa.
V.
Anak tunggal
Mendapat
perhatian penuh dalam keluarga. Bersikap sukakan pencapaian. Lebih mahir
bergaul dengan org dewasa. Sekiranya kedudukanya tercabar dia akan tergugat dan
merasa tidak adil dan sangat sukakan perhatian.
5.0 Matlamat Terapi
Matlamat utama
kaunselor melalui terapi individu ini adalah bagi Mendidik klien
dan membantu memperoleh nilai-nilai berdasarkan kepentingan sosial
mereka dalam masyarakat. Selain itu, Memberi maklumat, mengajar, membimbing dan
memberi galakan kepada klien untuk berubah.
Menganalisis dinamik yang
terdapat dalam hidup klien dan mengajar klien membuat orientasi semula kepada gaya
hidupnya agar klien mencapai perubahan tingkah laku yang sihat.
6.0 Peranan Kaunselor
Kaunselor berperanan membuat
dianogsis, menjadi guru dan model kepada klien.Membuat penilaian terhadap gaya
hidup klien termasuklah penilaian susunan keluarga, kisah hidup awal, mimpi dan
keutamaan yang diberikan kepada klien. Kaunselor berkongsi
interprestasi, pandangan, pendapat dan perasaan dengan klien.
Kekalkan
hubungan terepeutik sepanjang sesi. Menjadi model untuk dorong
minat klien dan meningkatkan tahap motivasi klien untuk berubah kearah positif.
7.0
Proses Terapi
i.
Membina hubungan dan mengekalkan hubungan teraputik
Kaunselor
bekerja dengan cara saling mengisi dan klien jadi menambah rasa pertanggung
jawaban atas kehidupan mereka. Hubungan ini di dasari oleh rasa peduli,
keterlibatan dan persahabatan yang mendalam. Kemajuan terapeutik hanya mungkin
apabila tujuan konseling itu ditentukan dengan jelas dan apabila ada keserasian
tujuan antara klien dan terapis. Agar bisa efektif maka proses terapeutik itu
harus menangani isu pribadi yang oleh klien diakui sebagai signifikan dan
inginkan untuk bisa dibahas dan bisa di ubah. Selama proses permulaan ini
hubungan dilakukan dengan jalan mendengarkan, memberi tanggapan, menunjukkan
sikap, menghormati kapasitas klien untuk bisa berubah dan menunjukkan rasa
antusiasme yang jujur. Apabila klien masuk dalam kegiatan terapi pada umumnya
mereka tidka percaya bahwa mereka ada kemampuan untuk menangani tugas-tugas
hidup. Terapis memberikan dukungannya yang merupakan obat penawar terhadap rasa
putus asa dan patah semangat.
ii.
Analisis dan penilaian
Tahap kedua ini bertujuan
untuk memahami gaya hidup klien dan menilai sejauh mana ianya memberikan kesan
fungsinya dalam kehidupan. Kaunselor akan meneroka dan membuat interpretasi
dalam usaha memahami masalah klien. Penilaian ini juga akan melihat
interpretasi klien terhadap diri sendiri dengan sebahagiandaripada andaian-andain
salah yang berkaitan dengan interpretasi ini. Kaunselor mesti menjalankan
penerokaan berdasarkan beberapa aspek seperti:
a)
Konstelasi keluarga dan susunan kelahiran
b)
Ingatan kisah awal hidup
c)
Mimpi
d)
Keutamaan dalam hidup
iii.
Kefahaman diri dan celik akal
Kaunselor bantu klien
memahami kenapa dia membuat keputusan. Kaunselor boleh menggunakan kemahiran
interprestasi untuk mencari makna disebalik kelakuan klien. Kaunselor boleh
melakukan pentafsiran berdasarkan maklumat yang diberi iaitu:
a.
Persahabatan: kerjasama,tolak ansur dan hubungan
dalam persahabatan
b.
Kasih sayang: pemilihan
pasangan,peranan,tanggungjawab dan sikap dalam hubungan
c.
Pekerjaan: keutamaan,kejayaan atau kegagalan yang
dihadapi dalam pekerjaan
d.
Kerohanian: kepercayaan dan amalam kerohanian
e.
Pengurusan diri: gaya menangani masalah,penjagaan
kendiri dan pembentukan identity
iv.
Membuat orientasi semula
Lebih berorientasikan
tindakan di mana celik akal akan diikuti dengan perbuatan yang mampu membantu
klien perbaiki keadaan. Klien melaksanakan alternative baru yang lebih berfungsi
untuk menangani kelima lima ‘life-tasks’ tadi. Kaunselor juga harus cabar klien
disamping beri sokongan
8.0
Perbezaan teori Alfred Adler dan Sigmund Freud
8.1 Sigmund
Freud
Beliau lebih
menekankan peringkat tak sedar, separa sedar dan sedar. Menurutnya juga,
manusia dimotivasikan oleh dorongan seksual iaitu dirinya sendiri.
8.2 Alfred
adler
Adler lebih
menumpukan peringkat sedar. Menurut pandanganya, manusia dimotivasikan oleh
dorongan social dan interpersonal iaitu masyarakat dan persekitaran.
9.0 Teknik-Teknik Terapi Indvidu Adler
i.
Kesegaraan
(immediacy)
Klien digalakkan menangani
masalah yang perlu disegerakan atau masalah yang paling signifikan dahulu.
ii.
Paradoxical
(intention)
Kaunselor msti peka terhadap
sebarang cubaan utk menarik perhatian , mendapatkan kuasa, sifat dendam dan
kompleks inferior dlm diri klien.
iii.
Galakan
(encouragement)
Kaunselor mengalakkan klien
dgn menyokong sebarang usaha atau pemikiran positif yang ditunjukkan oleh
klien. Galakan adalah kunci utama utk mencapai piliham hidup yg proaktif.
iv.
Berlagak
‘seperti’ (Acting ‘as if’)
Klien diarah utk berlagak
seperti seorang yg mereka ingin jadi (diri yg idea). Boleh dilakukan secara role
play.
v.
Mencabar
(confrontation)
Kaunselor mencabar klien utk
mempertimbangan logik peribadi mereka. Lazimnya setelah kaunselor menganalisis
cara pemikiran mereka. Didapati mereka mampu mengubah cara pemikiran dan
tingkahlaku mereka.
vi.
Memerangkap
diri (cathing oneself)
Klien belajar jd lebih peka
terhdap tingkah laku serta pemikiran yg blh memudaratkan diri mereka apabila
ianya berlaku. Klien akan memberhentikan tingkahlaku tersebut apabila
menyedarinya.
vii.
Menekat butang
(pushing the button)
Klien digalakkan menyedari
bahawa mereka mempunyai pilihan utk memilih rangsangan yg ingin diberikan
tumpuan. Ini bermaksud klien boleh memilih untuk mengingati pengalaman negatif
atau positif.
viii.
Meludah ke
dalam sup (spitting in the cliet’s soup)
Kaunselor menyatakan
pemerhatiannya terhadap tingkahlaku maladaptif klien yg dikesan dan menyebabkan
klien tidak mendapatkan kepuasan yg diinginkan daripada tingkah laku tersebut.
ix.
Beri tugasan
dan dapatkan komitmen (task setting and commitment)
Klien akan menetapkan mtlamat jangka pendek yg mampu dicapaikan dan
seterusnya menetapkan pula matlamat jangka pjg yg lebih realistik. Kaunselor
pula cuba mendapatkan komitmen klien utk melaksanakan tugasan yg dilarang.
x.
Merumus dan
menamatkan sesi
Kaunselor perlu membuat
rumusan keseluruhan sesi dan menamatkan sesi tersebut apabila matlamat telah
dicapai.
10.0 Aplikasi Teori Dalam Silang Budaya
Teori psikologi individu yg lebih melihat kpd minat social berbanding
minat seksual. Hal ini menyebabkannya lebih diterima dalam budaya-budaya lain.
Teori ini berdasarkan konsep inferior dan superior yang perlu dilakukan dgn
hati-hati. Masyarakat yang lebih suka bersikap rendah hati, berkemungkinan
konsep menggapai superioriti dianggap agak keterlaluan, terutama bagi kaum
wanita yang berasal dr masyarakat yang kaum lelaki lazimnya lebih superior
berbanding wanita. Adler menekankan kpd pembentukan hubungan sama rata,
kerjasama dan kemahiran bertanggungjawab ke atas diri sendiri dan org lain
serta sikap sokong menyokong sesama individu.
Teori ini meletakkan stereotaip terhadap individu
terhadap sususan kelahirannya. Ia mungkin menyebabkan tidak selari dengan latar
belakang klien yg berlainan. Ciri-ciri personaliti yg digariskan oleh Adler
berdasarkan sussunan kelahiran juga banyak mencerminka personaliti golongan
tertentu dlm masyarakatnya sahaja dan tak semestinya dengan golongan individu
yang lain. Perkara ini akan menimbulkan kekeliruan kepada klien sekiranya
ciri-ciri personaliti dirinya tidak sama seperti yang sepatutnya.
11.0 Kelebihan Dan Kekurangan Teori
i.
Kelebihan
Teori yg membantu ahli psikologi memahami klien. Tumpuan terhadap
kesempurnaan insan melalui minat sosial. Mengubah pandangan am yg berpendapat
bahawa manusia lebih cenderung kpd minat seksual kpd yg lbh diterima. Membawa
terapi keluar dari kekompong yg sempit
ii.
Kekurangan
tidak menerangkan kerangka personaliti individu dgn mendalam. Minat
sosial tonggak kepada semua perlakuan
tetapi tidak diterangkan secara mendalam. Tidak banyak kajian yg dilakukan utk
menyokong teori ini. terlampau banyak maklumat yg nk diterokai.
12.0 Kesimpulan
Alfred
Adler merupakan seorang yang dibesarkan pada kota yang sama, situasi dan
kondisi yang sama, dan lapangan kerja yang sama dengan Sigmund Freud, bahkan ia
awalnya merupakan pengikut setia aliran Freud. Akan tetapi berkat belajar dari
pengalamannya dalam menangani pasien, menjadikan ia seorang yang sama terkenalnya
dengan gurunya Freud. Walaupun dari substansi teorinya memiliki kontradiksi
yang cukup tajam, bahkan perbedaan ini memisahkan hubungan keduannya.
Berefleksi dari pengalaman menangani dan mengamati perilaku pasiennya, ia
dengan sistematis dan berangsur-angsur mematahkan pendapat Freud tentang
perilaku manusia. Berbeda dengan Freud, Adler mempunyai nilai lebih dalam
teorinya, yang kami kira mampu menarik banyak simpati kalangan praktisi
psikologi waktu itu. Dimana ia menilai manusia sebagai mahluk yang memiliki
“power” untuk dapat hidup, walaupun hal itu digambarkan sebagai suatu
kompensasi dalam menyembunyikan dan menghilangkan segala kekurangan dalam
dirinya. Pendapat ini sepertinya memberikan “pencerahan baru” bagi dunia
psikologi yang pada saat itu terdominasi dengan “naluri sexual-nya Freud. Teori
psikologi individual Adler ini, memang lebih banyak berupaya menyadarkan
manusia, bahwa ia merupakan mahluk yang berdaya dan memiliki rasa sosial yang
dalam, sehingga itu pulalah ia dapat “survive” dalam menjalani hidup. Teori ini
pula, memiliki kekuatan dalam hal memprediksi perilaku manusia melalui tujuan
semu atau akhir dari perilaku yang diperbuatnya, sebagai tujuan akhir yang
merupakan gambaran dari diri manusia tersebut. hal ini sangat menarik karena
merupakan pandangan yang kami kira sangat positif dan futureristik, dan hal ini
tentunya dapat membangkitkan semangat dan gaya hidup manusia dalam melakukan
aktiviti